Paleolithikum berasal dari kata Palaeo artinya tua, dan Lithos yang artinya batu sehingga zaman ini disebut zaman batu tua. Hasil kebudayaannya banyak ditemukan di daerah Pacitan dan Ngandong Jawa Timur.
Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kurang lebih 600.000 tahun silam. Kehidupan manusia masih sangat sederhana, hidup berpindah-pindah (nomaden), dan bergantung pada alam. Mereka memperoleh makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buahbuahan, umbi-umbian, serta menangkap ikan. Cara hidup seperti ini dinamakan food gathering.
Jenis peralatan yang digunakan pada zaman batu tua terbuat dari batu yang masih kasar, seperti kapak genggam (chopper), kapak penetak (chopping tool), peralatan dari tulang dan tanduk binatang, serta alat serpih (flake) yang digunakan untuk menguliti hewan buruan, mengiris daging, atau memotong umbi-umbian.
Adapun manusia yang hidup pada saat ini adalah Pithecantropus Erectus.
2. Zaman Batu Pertengahan/Madya (Mesolithikum) Mesolithikum berasal dari kata Meso yang artinya tengah dan Lithos yang artinya batu sehingga zaman ini dapat disebut zaman batu tengah.
Zaman batu pertengahan diperkirakan berlangsung kurang lebih 20.000 tahun silam. Pada zaman ini, kehidupan manusia tidak jauh berbeda dengan zaman batu tua, yaitu berburu, mengumpulkan makanan, dan menangkap ikan. Mereka juga sudah mulai hidup menetap di gua, tepi sungai, atau tepi pantai.
Alat-alat perkakas yang digunakan pada masa Mesolithikum antara lain kapak Sumatra (pebble), sejenis kapak genggam yang dibuat dari batu kali yang salah satu sisinya masih alami; kapak pendek (hache courte), sejenis kapak genggam dengan ukuran yang lebih kecil; pipisan, batu-batu penggiling beserta landasannya; alat-alat dari tanduk dan tulang binatang; mata panah dari batu dan juga flake. Adapun hasil-hasil kebudayaan yang ditinggalkan manusia purba pada zaman batu pertengahan adalah sebagai berikut :
1) Peradaban abris sous roche (abris = tinggal, sous = dalam, roche = gua), yaitu peradaban ketika manusia purba menjadikan gua-gua sebagai tempat tinggal. Hasil kebudayaannya adalah Kebudayaan Sampung Bone di Gua Lawa, dekat Sampung Ponorogo, Jawa Timur.
2) Manusia purba yang tinggal di sepanjang pantai pada zaman Mesolithikum telah memiliki kemampuan membuat rumah panggung sederhana. Kehidupan manusia purba ini menghasil kan tumpukan sampah berupa kulit siput dan kerang di bawah rumah mereka yang disebut kjokken moddinger (kjokken = dapur, moddinger = sampah). Sampah dapur ini banyak ditemukan di daerah pantai timur Sumatra antara Langsa sampai Medan.
3) Peninggalan berupa kapak Sumatra dan kapak pendek di Indonesia sama dengan peninggalan kebudayaan yang ditemukan di Pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, Tonkin,Yunan Selatan. Para ahli menyimpulkan bahwa di Tonkin terdapat pusat kebudayaan pra-aksara Asia Tenggara yang kemudian diberi nama Kebudayaan Bacson-Hoabinh.
3. Zaman Batu Besar (Megalithikum)
Megalithikum berasal dari kata megalith dalam bahasa yunani. Kata itu tersusun atas kata mega dan lithos, mega berarti besar, dan lithos berarti batu. Jadi megalithikum dapat berarti bangunan yang dibuat dari batu besar. Ciriutama pada zaman megalithikum adalah manusia yang hidup pada zamannya sudah mampu membuat bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu. Manusia yang hidup jaman ini adalah Homo Sapiens.
Berikut merupakan hasil kebudayaan Megalithikum beserta ciri dan fungsinya serta tempat ditemukannya.
1) Sarkofagus adalah bangunan batu besar yang dipahat menyerupai mangkuk, yakni terdiri atas dua keping yang ditangkupkan menjadi sepasang (satu sisi untuk bagian bawah dan sisi lain sebagai penutupnya). Sarkofagus berfungsi sebagai peti jenasah. Banyak ditemukan di daerah Bali.
2) Menhir adalah bangunan berupa tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai tanda peringatan dan melambangkan kehormatan terhadap arwah nenek moyang. Adapun tempat ditemukannya di Paseman Sumatra Selatan dan Sulawesi Tengah.
3) Dolmen adalah bangunan berupa meja batu yang berfungsi sebagai tempat meletakan sesaji dalam pemujaan terhadap roh nenek moyang. Adapun tempat ditemukannya di Cipari Kuningan, Pasemah dan Nusa Tenggara.
4) Punden berundak-undak adalah bangunan berupa susunan batu bertingkat yang menyerupai bangunan candi, yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Ditemukan di Lebak Sibedug dan Bukit Hyang Jawa Timur.
5) Arca Batu adalah bangunan berupa patung manusia dan binatang yang berfungsi sebagai bentuk penghormatan terhadap tokoh yang disukai, ditemukan di daerah Lampung, Pasemah, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
6) Pandhusa, benda ini berupa meja batu yang kakinya tertutup rapat berfungsi sebagai kuburan, ditemukan di Bondowoso dan Besuki Jawa Timur.
7) Kubur batu adalah peti yang terbuat dari batu berbentuk kotak persegi panjang, yang berfungsi sebagai tempat menyimpan jenazah. Kubur batu banyak ditemukan di Bali, Pasemah (Sumatra Selatan), Wonosari (Yogyakarta), Cepu (Jawa Tengah), dan Cirebon (Jawa Barat).
8) Waruga, yaitu kubur batu berbentuk kubus atau bulat yang terbuat dari batu besar yang utuh. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
9) Arca atau patung, yaitu bangunan batu berupa binatang atau manusia yang melambangkan nenek moyang dan menjadi pujaan. Peninggalan ini banyak ditemukan di Pasemah (Sumatra Selatan) dan lembah Bada Lahat (Sulawesi Selatan).
4. Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Neolithikum berasal dari kata Neo yang artinya baru dan Lithos yang artinya batu. Neolithikum berarti zaman batu baru/muda. Pada zaman batu baru/ muda, kehidupan manusia purba sudah berangsur-angsur hidup menetap tidak lagi berpindah-pindah. Manusia pada zaman ini sudah mulai mengenal cara bercocok tanam meskipun masih sangat sederhana, selain kegiatan berburu yang masih tetap dilakukan. Manusia purba pada masa neolithikum sudah bisa menghasilkan bahan makanan sendiri atau biasa disebut food producing.
Peralatan yang digunakan pada masa neolithikum sudah diasah sampai halus, bahkan ada peralatan yang bentuknya sangat indah. Seperti:
a. Kapak Persegi Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi atau jugadisebut beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusa tenggara.
b. Kapak Lonjong Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada yang besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.
c. Mata Panah Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk berburu. Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
d. Gerabah Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan.
e. Perhiasan Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
f. Alat Pemukul Kulit Kayu Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai bahan pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada zaman neolithikum manusia pra- aksara sudah mengenal pakaian.
Ada perbedaan pendapat tentang zaman Neolitikum dulu atau Megalitikum dulu.
ZAMAN LOGAM 1. Zaman perunggu Di Indonesia tradisi logam dimulai beberapa abad sebelum masehi. ada pendapat yang mengatakan pada zaman logam ini hidup manusia Homo. Tradisi membuat alat-alat dari perunggu merupakan ciri khas pada masa perundagian. Adapun alat-alat dari zaman perunggu antara lain nekara, moko, kapak corong, perhiasan perunggu, arca atau patung perunggu, dan manik-manik.
a. Nekara Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel karena bentuknya semacam berumbung. Terbuat dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci. Di daerah asalnya, Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila pemiliknya meninggal, dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur. Di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, antara lain ditabuh untuk memanggil roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang, dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Daerah penemuan nekara di Indonesia antara lain, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Roti, dan Pulau Kei serta Pulau Selayar, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean. Nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Nekara yang ditemukan di Indonesia ukurannya besar-besar. Contoh nekara yang ditemukan di Desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis tengahnya 1,60 meter. Nekara tersebut dianggap suci sehingga ditempatkan di Pure Penataran Sasih. Dalam bahasa Bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut dinamakan nekara Bulan Pejeng.
b. Moko Merupakan genderang kecil yang terbuat dari perunggu. Bangunan ini berguna untuk alat upacara atau sebagai mas kawin. Daerah penemuan moko ini adalah di Alor.
c. Kapak Corong Kapak corong disebut juga kapak sepatu karena seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki. Bentuk bagian tajamnya kapak corong tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu. Bentuk kapak corong sangat beragam jenisnya. Salah satunya ada yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa, bentuknya sangat indah dan dilengkapi dengan hiasan.
d. Bejana perunggu Bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci Sumatra dan Madura, bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.
e. Arca-arca perunggu Arca perunggu yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk bervariasi, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada umumnya, arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai bandul kalung. Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Palembang Sumsel, Limbangan Bogor, dan Bangkinang Riau.
f. Perhiasan perunggu Perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya, yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu, para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar. Perhiasan perunggu ditemukan di Malang, Bali, dan Bogor.
g. Manik-manik Manik-manik yang berasal dari zaman perunggu ditemukan dalam jumlah yang besar sebagai bekal kubur sehingga memberikan corak istimewa pada zaman perunggu.
2. Zaman tembaga Di Indonesia tidak mengalami zaman tembaga. Hal ini terlihat dari tidak diketemukannya barang-barang peninggalan yang terbuat dari tembaga.
3. Zaman besi Zaman besi adalah zaman ketika orang telah dapat melebur besi dari bijihnya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Oleh karena membutuhkan suhu yang sangat panas untuk melebur bijih besi, maka alat-alat yang dihasilkan pun lebih sempurna. Teknik pembuatan alat yang terbuat dari logam dapat dikategorikan menjadi dua cara sebagai berikut.
1)A cire perdue atau cetakan lilin, caranya yaitu membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan lilin. Setelah membuat model dari lilin, maka ditutup dengan menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu, dibakar sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang dikehendaki.
2)Bivalve atau setangkup, caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditungkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki, cetakan tersebut biasanya terbuat dari batu atau kayu.
Benda-benda yang diketemukan dimasa ini tidak begitu banyak karena mungkin alat-alat tersebut telah berkarat sehingga hancur. Adapun alat-alat dari tradisi besi yang banyak diketemukan antara lain, mata kapak, mata pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul, tongkat dan gelang besi. Daerah ditemukannya alat-alat ini adalah Bogor, Wanasari, Ponorogo, dan Besuki. Zaman besi menandakan zaman terakhir dari zaman prasejarah.